Tuesday, March 8, 2022

Berapa Banyak UANG untuk BAHAGIA?



Oke guys, berapa banyak uang sih yang kita butuh untuk bahagia? How much is enough? Sebenernya gua tau, ini tuh topik yang benar-benar kontroversial. Ada yang bilang, uang nggak bisa membeli kebahagiaan. Ada yang bilang, tapi mana ada orang miskin bahagia? Ini tuh selalu jadi perdebatan dan di sini ada 3 angle yang mau coba gua bahas. Yang pertama, membahas kebutuhan. Sebagai manusia itu kita punya kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Yang pasti kalo misalnya kita ga bisa fill kebutuhan primer, Sebagai manusia itu kita punya kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. 

Yang pasti kalo misalnya kita ga bisa fill kebutuhan primer, hidup kita kita akan susah. Mau untuk makan, tinggal, tidur. Sebenernya yang paling umum di sini kita konklusiin susah bahagia. Kalo kita ga bisa makan, ya kita ga bisa bahagia. Itu sebenernya paling simpel kan ya. Dan menurut statistik dari BPS, pendapatan diatas 7.2 juta rupiah itu yang paling bahagia. Kalo dari sana sebenernya bisa ga sih dikonklusiin kalo yang pendapatan <7.2 juta itu kurang bahagia? Dan itu sebenernya angle 1 yang kita bakal bahas lebih detail nanti, yaitu dari aspek kebutuhan. Apakah kebutuhan kita terpenuhi? Aspek kedua itu survei dari Matthew Killingsworth. 

Dia bilang kebahagiaan orang itu kalau pendapatannya growing. Mau itu per bulan, mau itu per 6 bulan. Karena dia ngerasa sebagai manusia itu kita butuh sense of progress. Atau kita merasa kita one step further untuk merasa bahagia. Tapi dia bilang ada titik jenuhnya. Sampai di tahap penghasilan 1.1M per bulan. Udah. Di atas itu kita ga bakal tambah bahagia. Nah apakah angka itu pasti? Apakah aspek growing-nya yang bikin kita bahagia? Nanti kita bakal bahas aspek itu juga. 

Tapi yang ketiga, yang biasanya orang paling banyak ngomong(?) adalah 'Gua bahagia kalo misalnya gua bisa ngelakuin yang gua mau tanpa mikirin uang'. Nah ini adalah aspek life control. Seberapa kita punya kontrol terhadap hidup kita. Apa yang kita mau, apa yang kita inginkan, dimana uang itu bukan masalah. Kalo kata gua sebenernya lebih enak kalo kita bahas secara statistik. 

Yaitu aspek pertama. Berapa banyak kita cukup untuk memenuhi kebutuhan? Menurut gua di dunia yang lagi berubah kaya gini, kita harus klasifikasi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Primer itu definitely yang kita harus fill. Yaitu sandang, pangan, papan. Kita perlu bisa tinggal, kita perlu bisa makan. Itu adalah suatu kewajiban untuk bisa bahagia. Kalo menurut gua pribadi. 

Tapi di zaman sekarang kita harus bisa ngisi kebutuhan sekunder, yaitu pendidikan dan akses ke informasi. Kita tinggal di zaman yang berbeda dibanding zaman dulu. Kalo menurut gua pribadi, untuk bener-bener bisa punya opsi untuk bahagia, harus mulai keisi di kebutuhan sekunder ini. Untuk kebutuhan tersier yang kayak luxury, punya barang mewah, itu belum tentu diperlukan untuk bahagia. Tapi berapa sih yang dibutuhin untuk kebutuhan primer dan sekunder? Kita balik lagi ke statistik dari BPS. Rata-rata biaya hidup nasional itu 5.5 juta rupiah per bulan. 

Padahal GDP per kapita di Indonesia tahun 2020, nge-summarize ke pendapatan 4.6 juta rupiah per bulan. Kalo misalnya pake teori yang tadi, yang penting kebutuhan terpenuhi secara individual, primer dan sekundernya, harusnya orang gaji UMR bisa bahagia. Harusnya rata-rata orang Indonesia pada umumnya, berdasarkan data, itu bisa bahagia semua. Sebelum kita bahas topik selanjutnya, feel free untuk beropini apakah menurut kalian dari aspek pertama ini bisa kita konklusi selama orang terpenuhi kebutuhan primer dan sekundernya, orang bisa bahagia? Tapi makanya kita bahas aspek 2, yaitu aspek growing. apakah benar kita sebagai manusia, walaupun kita punya puluhan juta per bulan, tapi konstan ga berubah selama 5 tahun, kita bakal sengsara? Kita butuh sense of progress. Dan itu sebenernya yang coba dicetuskan di idenya. Ada yang bilang kebahagiaan itu fleeting. 

Kita bisa bahagia sekarang, tapi di kondisi yang sama, kita jiplak di tahun depan, kita belum tentu bahagia. Karena kita butuh oerubahan, kita butuh progress. Jadi, apa itu lebih realistis? Cukup itu ga ada angka pastinya. Selama kita grow setiap tahun, setiap bulan, kalo sampe di topik ini, kalo gua pribadi, gua ngerasa lebih relate. Karena gua pernah gaji diri gua sendiri 3 juta per bulan, disaat pengeluaran gua tuh hampir 2.8 sampai 2.9. Tapi gua inget banget, disaat itu gua happy. 

Karena gua dari sebelumnya freelance, sampe akhirnya gua membangun bisnis. Walaupun income gua lebih kecil, gua ngerasa ada sense of progress. Akhirnya gua ngerasa happy. Apakah itu lebih make sense untuk menilai berapa banyak itu cukup untuk happy? Jadi jawabannya, ga ada yang cukukp. Yang penting kita harus growing terus. Tapi sebenernya itu masuk ke aspek ketiga, yang mungkin paling kontroversial. Gua happy kalo gua bisa ngelakuin apapun di dalam hidup tanpa mikirin uang. Konsep life control ini bener-bener terlalu— variabelnya banyak. 

Dan ga bisa disamakan dengan orang A ke orang B. Karena apa yang orang mau dalam hidup itu completely berbeda dan bercampur dengan nilai emotional masing-masing. Gua mau hidup untuk bisa berdampak ke orang lain. Tapi ada orang yang, gua mau punya kapal 100 biji. Gua mau punya lamborgini 100 biji. Menurut gua aspek ketiga paling mendeskripsikan bagaimana variatifnya cukup buat seseorang. Dan bagaimana bahagia itu plays a role di berapa banyak income yang kita punya. Life control, artinya kita yang nentuin berapa banyak yang kita rasa cukup. 

Sebenernya yang paling make sense, kebahagiaan itu berasal dari diri sendiri. Kita yang decide berapa banyak itu cukup. Di sini memang benar, berarti emotional manusia play a big role. Mulai dari greed; keserakahan. Envy, yaitu jealousy kita terhadap kepemilikan orang lain. Itu yang akhirnya bikin angka tertentu, mau 100M pun bisa ga cukup. Coba makanya sekarang di video ini sebelum kita terlalu amburadul, kita summarize dari yang practical ke emotional. 

Pada akhirnya menurut gua untuk bahagia, pertama, kapasitas untuk bahagia. Kebutuhan primer dan sekunder harus bisa terpenuhi. Jadi di sana ada minimum income, atau angka yang kita kejar untuk bisa masuk ke status bahagia. Terus yang kedua, walaupun kita sudah mencapai itu, kita sebagai manusia memang punya tendensi untuk ga pernah bisa puas. 

Tapi puas itu harus kita channel dalam bentuk growth. Apakah kita growing setiap tahunnya? Apakah itu dalam bentuk pendapatan? Atau even achievement lainnya? Walaupun pendapatan kita ga naik, kita growing dalam bentuk misalnya kita lebih banyak charity, kita lebih banyak membantu orang, itu bisa contribute ke cukup dalam kebahagiaan. Lalu yang terakhir, yang paling penting adalah life control.

 Seberapa banyak kontrol yang kalian mau punya di dalam hidup? Yang paling realistis adalah, seperti di video gua sebelumnya, bener-bener tentuin apa yang kita mau untuk diri kita sendiri. bukan ter-influence dari orang lain, bukan dari envy, jealousy, membandingkan. Karena itu ga ada habisnya dan ga bakal ada cukupnya. Jadi makin bingu ga, berapa banyak itu cukup untuk bahagia? Jujur karena ini kontroversi banget, ga ada konklusi angka pasti. Ga ada konklusi kebutuhan, ga ada konklusi growth berapa banyak. Tapi dari kebanyakan video gua, hopefully ini memberi perspektif untuk kalian yang mencari kebahagiaan yang mungkin M angle-nya dari segi pendapatan atau finansial. 

Kalo misalnya kalian punya opini, feel free untuk komen di bawah. Dan I guess I'll see you guys on the next video. Bye-bye!

Previous Post
Next Post

0 komentar: